kambing

Jumat, 27 Juli 2012

Gamelan Jawa






Gamelan Jawa merupakan seperangkat alat musik khas jawa yang diturunkan dari generasi ke generasi. Gamelan dapat ditemukan di Jawa Tengah dan Yogyakarta. Musiknya lembut dan mencerminkan keselarasan hidup, sebagai prinsip hidup yang diadopsi oleh masyarakat Jawa pada umumnya. Dan alat ini dimainkan secara bersama, jika salah satu instrumen tidak dimainkan akan menghasilkan suara yang berbeda. Ini juga merupakan salah satu prinsip hidup masyarakat Jawa, yaitu gotong royong. Oleh masyarakat Jawa instrument ini biasanya digunakan untuk iringan nyanyian sinden, dan pengiring pertunjukan wayang. Gamelan juga dapat dimainkan secara instrumental, yaitu dengan orkestra. Gamelan terdiri dari beberapa alat musik, yaitu:


a.   Saron
Alat ini dimainkan denga dipukul memakai satu alat pemukul yang terbuat dari kayu. Saron merupakan pengisi melodi utama dalam permainan gamelan. Alat ini merupakan alat berbilah denga bahan dasar besi, kuningan dan perunggu.


b.   Demung
Bentuk dan fungsinya sama seperti saron, namun demung bersuara lebih rendah satu oktaf dari pada saron dan kedengaran lebih keras. Pemukul untuk demung juga berukuran lebih besar dari pada pemukul saron.


c.   Peking
Alat ini berukuran lebih kecil dari pada saron dan suaranya satu oktaf lebih tinggi dibandingkan saron. Fungsinya adalah sebagai pemberi warna melodi dalam permainan gamelan. Biasanya peking akan membunyikan melodi yang sama dengan yang dimainkan saron namun permainannya dibuat terus mengisi ketukan, sehingga tidak ada tempo yang kosong. Hal ini dapat jelas terlihat dalam permainan tepo lambat. Irama peking adalah dua kali irama saron dan demung. Peking dipukul oleh alat pemukul yang biasanya terbuat dari tanduk sapi. Cara memukulnya pun sama dengan saron dan demung, hanya berbeda temponya saja.


d.   Bonang barung
Bonang barong dalah merupakan alat musik berpencu yang terbuat dari besi, kuningan dan perunggu. Alat ini dipukul dengan pemukul kayu berbentuk batangan yang salah satu ujungnya dililit kain. Bonang dimainkan dengan cara dipukul oleh dua alat pemukul. Bonang barung merupakan kepala utama alat melodis dalam gamelan. Alat ini berfungsi sebagai pemurba lagu, yang bertugas memulai jalannya sajian gendhing-gendhing. Satu set bonang terdiri dari 14 atau 12 buah bonang.


e.   Bonang penerus
Bentuk dan car memainkan alat ini sama seperti bonang barung. Alat ini merupakan pengisi harmoni bunyi bonang barung. Bentuk mirip bonang barung namun lebih kecil, bonang penerus memiliki suara satu oktaf lebih tinggi daripada bonang barung dan sewaktu daimainkan dipukul dalam tempo yang lebih cepat dari pada bonang barung.


f.    Kenong
Kenong biasanya dimainkan dengan dipukul oleh satu alat pemukul. Alat ini merupakan pengisi akor atau harmini dalam permainkan gamelan, kenong berfungsi sebagai penentu batas-batas gatra, menegaskan irama. Kenong juga termasuk dalam alat musik berpacu, namun ukuran lebih besar dari pada bonang. Alat ini juga dipukul menggunakan alat pemukul kayu yang dililitkan kain. Jumlah dalam satu set bervariasi tapi biasanya sekitar 10 buah.


g.   Kethuk kempyang
Alat ini memiliki fungsi sebagai alat musik ritmis, yang membantu kendhang dalam menghasilkan ritme lagu yang diinginkan. Dalam tiap set gamelan hanya ada satu buah kethuk dan satu buah kempyang. Kethuk kempyang biasanya diletakan dekat kenong, biasanya kethuk kempyang juga dimainkan oleh pemain kenong.


h.   Gender barung
Alat ini dimainkan menggunakan dua alat pemukul. Fungsinya hampir sama dengan saron namun dengan warna suara yang berbeda, alat ini teebuat dari besi, kuningan dan perunggu. Alat ini merupakan alat musik berbilah. Bilahan gender lebih tipis daripada bilahan saron. Pada tempatnya, bilah-bilah itu dihubungkan oleh suatu penyangga yang tersusun dari rangkaian benang yang disambungkan diantaranya.


i.    Gender penerus
Alai ini hampir sama dengan bonang penerus, yaitu menjalankan fungsinya sebagai pendamping gender baruang. Irama gender penerus lebih cepat dua kali lipat dari pada gender barung. Bilah gender penerus lebih kecil dari pada gender barung.


j.    Slenthem
Alat ini dimainkan dengan dipukul oleh satu alat pemukul. Fungsinya benar-benar sama dengan saron yaitu sebagai pemegang melodi dalam gamelan. Namun, dengan warna suara yang berbeda dan tinggi nada satu oktaf lebih rendah dari pada demung.


k.   Kempul
Kempul adalah salah satu alat musik gamelan yang terbuat dari perunggu dan termasuk gamelan berpencu. Kempul disebut juga gong kecil. Satu set kempul terdiri dari beberapa buah kempul yang jumlahnya bervariasi. Kempul yang berukuran lebih kecil memiliki nada lebih tinggi dari pada kempul yang besar. Kempul dimainkan dengan cara dipukul menggunakan pemukul dalam ukuran lebih besar dari pemukul yang digunakan untuk pemukul kenong tapi lebih kecil daripada pemukul gong. Pemukul ini seluruhnya terbuat dari kayu dan bagian yang dipukulkan dilapisi kain tebal. Kempul diletakan dengan cara digantung. Fungsi kempul adalah pemangku irama atau menegaskan irama melodi. Kempul merupakan pengisi akor dalam setiap permainan gamelan.


l.    Gong
Gong adalah salah satu alat musik gamelan yang terbuat dari perunggu dan termasuk gamelan berpencu. Gong dimainkan dengan cara dipukul. Gong diletakan denga cara menggantung, karena bentuknya yang sangat besar. Fungsinya adalah untuk memberi tanda berakhirnya sebuah gatra dan juga untuk menandai mulainya dan berakhirnya gendhing.
Gong memiliki bentuk paling besar sehingga memiliki suara paling rendah di antara instrument gamelan lainya. Gong merupakan instrument yang paling dihargai dari semua instrument gamelan karena dianggap sebagai jiwa gamelan. Gong dapat dibedakan menjadi 3 yaitu :
1)            Gong siyem
Besarnya di antara kempul dan gong gedhe (besar).
2)           Gong suwukan
Besarnya di antara kempul dan gong gedhe (besar).
3)           Gong gedhe
Gong yang bentuknya paling besar.


m. Gambang
Gambang merupakan instrument gamelan yang dimainkan paling cepat dalam sebuah lagu. Alat ini menjalankan fungsi yang sama dengan gender barung, tapi gambang terbuat dari kayu. Tiap gambang biasanya terdiri dari 19 atau 20 bilah kayu untuk nadanya. Gambang dimainkan dengan dua buah pemukul. Pemukul gambang sangat panjang. Panjang tangkainya kira-kira 35 cm. tangkai ini terbuat dari tanduk, sedangkan bagian yang dipukulkan terbuat dari kayu yang sisi kelilingnya dibalut kain.


n.   Kendhang
Alat ini dimaikan dengan dipukul oleh kedua tangan pada setiap sisinya. Kendhang merupakan kepala yang memimpin setiap permainan gamelan, berfungsi sebagai penentu setiap ritme yang ada dalam pemain gamelan. Kendhang merupakan pengatur irama gendhing. Alat ini berfungsi memulai, mempercepat, memperlambat, dan memberi tanda akan berakhirnya gendhing. Dalam gamelan ada tiga atau empat buah kemdhang yang berbeda ukurannya. Setiap kendhang ditutupi dengan membrane kulit dikedua sisinya. Diameter kedua sisi kendhang ini berbeda. Keempaat kendhang yang dimaksud adalah: kendhang gendhing, kendhang wayangan, kendhang ciblon, dan ketipung.


o.   Suling
Alat ini dimainkan dengan ditiup. Biasanya suling memainkan melodi tersendiri yang menghiasi permainan gamelan. Suling terdiri dari dua macam yaitu suling slendro dan suling pelog. Perbedaan suling slendro dan suling pelog adalah pada letak dan jumlah lubang-lubangnya. Suling slendro memiliki 4 buah lubang, dan pelog memiliki 5 buah lubang.


p.   Siter
Siter dimainkan dengan petikan oleh ibu jari kiri dan kanan. Alat ini juga memainkan melodi tersendiri. Siter dibuat dengan dua sisi, yaitu sisi atas dan sisi bawah. Masing-masing memiliki laras pelog dan slendro. Siter mirip dengan kecapi di Jawa Barat. Siter memiliki 11 atau 12 dawai yang unison (satu nada)


q.   Rebab
Rebab merupakan alat musik gesek berdawai dua. Rebab terbuat dari kayu dan tubuhnya terbentuk seperti hati. Tubuh rebab dilapisi dengan kulit tipis. Dawai ditekan dengan jari tangan kiri tapi tidak sampai menempel pada batang rebab.


           Fungsi dari musik gamelan sendiri berkembang dari masa kemasa, awalnya gamelan berfungsi sebagai:
·         Pengiring perang (dikenal dengan sebutan mardagga)
·         Pengiring upacara-upacara peringatan kenegaraan.
Dalam perkembangan selanjutnya, alat musik ini kemudian berfungsi sebagai:
·         Mengiring upacara-upacara adat seperti pernikahan, khitanan, tujuh bulanan, dan lainnya.
·         Pengiring seni pertunjukan seperti wayang orang, wayang kulit, ludruk, tari dan lainnya.
Beberapa jenis gamelan yang dikenal sekarang ini adalah:
·         Gamelan klenengan (Solo) atau Uyon-uyon (Yogyakarta). Gamelan jenis ini terdiri atas alat musik, penyanyi/waranggana, gerong (penyanyi juga), tetapi tidak ada tarian.
·         Gamelan untuk gending boning (Solo) atau gendhing soran (Yogyakarta). Dalam gamelan jenis ini hanya ada beberapa instrument yang tidak dimainkan, contohnya rebab.
·         Gamelan sekaten. Jenis gamelan ini lebih besar dari pada gendhing soran. Gamelan seketan hanya dimainkan pada waktu penutupan acara seketan saat hari raya Maulud Nabi di Yogya dan Solo.

Masjid Agung Demak

Masjid Agung Demak dibangun oleh Wali Songo pada masa Kerajaan Demak dipimpin Raden Patah. Dia didirikan sebagai pusaka bagi seluruh raja di Tanah Jawa. Kini masjid sudah berusia lima abad dan dilindungi undang-undang sebagai cagar budaya.

demak_masjid.jpg
MASJID AGUNG DEMAK
Museum Masjid Agung Demak berdiri di samping Masjid. Koleksi museum terdiri dari beduk dan kentongan Wali abad ke-15, sepotong kayu dari sakatatal Sunan Kalijaga, kitab tafsir Al Qur’an Juz 15-30 tulisan tangan Sunan Bonang, Pintu Bledeg karya Ki Ageng Sela, gentong masa Dinasti Ming, maket masjid, foto-foto, dan lain-lain.

demak_saka_guru.jpg
RUANG PENYIMPANAN SAKAGURU 
Ruang penyimpanan sakaguru di depan museum terdapat potongan-potongan sakaguru atau konstruksi utama yang sudah rusak. Empat konstruksi yang dikenal adalah Sakaguru Sunan Ampel (Surabaya), Sunan Bonang (Tuban), Sunan Gunung Jati (Cirebon), Sunan Kalijaga (Demak).
Sakaguru Sunan Kalijaga memiliki nama khusus yaitu sakatatal. Tatal adalah serpih-serpih kayu yang diketam. Memang dijumpai kisah dalam Babad Jaka Tingkir tentang suatu hari yang ditetapkan untuk membangun masjid. Sakaguru yang didelegasikan kepada Sunan Kalijaga masih tidak terlihat batang hidungnya. Sunan Kalijaga sendiri malahan asyik tirakatan di Pamantingan.
Sunan Bonang lalu memanggil dan menegurnya. Sunan Kalijaga tak banyak berkata. Beliau mengumpulkan serpih kayu, sisa-sisa sakaguru yang sudah jadi. Menyusunnya menjadi sebuah tiang kemudian dengan kekuatan spiritual memampatkan seluruh serpih menjadi tiang. Demikianlah mengalir kisah sakatatal yang jadi dalam waktu semalam.
Aku adalah satu dari orang-orang yang tidak akan tega menyebut kisah ini legenda. Sebab keindahannya begitu terasa menyentuh hati. Jika saja aku juga diberi anugerah untuk percaya tapi aku memang berusaha menemukan cara untukku memahami sakatatal.

demak_interior_masjid.jpg
EMPAT SAKAGURU MASJID AGUNG DEMAK
(Sumber: Brosur Masjid Agung Demak)
Membaca Writing the Past, Inscribing the Future (Nancy Florida, 1995) aku kira mendapatkan sebagian jawabannya. Sebagai berikut yang kujumpai.
Arsitek Masjid adalah Wali Sanga, sekaligus mengatur pembagian tugas yang melibatkan semua pihak dalam pembangunannya. Para Wali sendiri akan membangun empat saka guru (tiang atau kolom utama).Wali-wali setelah Wali Sanga saka pangendhit. Ulama dan elit spiritual lainnya saka rawa. Sedangkan para adipati menyediakan balok primer, keluarga kerajaan dan bangsawan lainnya balok sekunder dan rangka atap. Elit militer menyediakan penopang rangka atap dan pagar.
Pembangunan atap dari sirap berdasarkan sami urunan kewala, yakni kontribusi rakyat.
Rencana arsitektur ini menyingkapkan skema hierarki otoritas yang rapi. Di tempat tertinggi adalah Wali Sanga, kemudian elit spiritual lainnya. Para adipati serta keluarga bangsawan saling terkait atau mendukung dalam struktur sosial politik. Pagar yang disumbangkan pihak militer menunjukkan tanggung jawab sebagai penjaga bangunan dan mengamankan perbatasan.
Perhatikan bagaimana elit spiritual memberi kontribusi tiang-tiang yang berdiri secara vertikal dan elit keraton dengan balok-balok melintang secara horizontal. Lalu bagian rakyat dikemukakan peneliti naskah kuno Nancy Florida, ‘The ‘people’ come last, in a multitude of undifferentiated ‘everyones’; they seemingly ‘just chip in’ to cover over the structure and to provide its mass.'
Hierarki yang rapi memang. Tapi kemudian terciptalah satu sakaguru dari serpih-serpih.
‘For what could be more constestatory of the rigidity of the hierarchy than the fact that its grounding authority is nothing more, or less, than a fabrication from fragments and residues?’ (Florida, 1995)
Barangkali memang tak ada yang lebih bertabrakan dengan hierarki yang rigid daripada kenyataan otoritasnya berasal dari serpih-serpih.
Kalijaga adalah sunan yang sangat dicintai. Aku rasa dari seorang tokoh sebab paling dalam dia dicintai adalah karena dia berpihak kepada 'serpih-serpih' orang-orang kecil yang terbuang dan keberpihakannya mengandung tulus.
Ah iya. Hari ini biarlah aku ingin merasa jika inilah pusaka yang diwariskan Sunan Kalijaga untuk raja-raja di seluruh Tanah Jawa.

demak_raden_patah.jpg
MAKAM RADEN PATAH
(KANAN)
Di belakang museum terdapat makam Raden Patah (Sultan Demak I, 1478-1518), Raden Patiunus (Sultan Demak II, 1518-1521), Raden Trenggana (Sultan Demak III, 1521-1546), dan anggota keluarga kerajaan lainnya. Patiunus atau Pangeran Sabrang Lor adalah pemimpin armada gabungan Kesultanan Banten, Cirebon, dan Demak menyerang Portugis di Malaka pada tahun 1521.
Jika pengunjung cukup akrab dengan Arus Balik maka makam Pangeran Seda Lepen (putra kedua Raden Patah) adalah daya tarik tersendiri. Pramoedya Ananta Toer mengisahkan di Bab 27, ‘Portugis berpesta lagi di Malaka, juga di Pasai, mengetahui bahwa Trenggono dapat naik ke atas tahta hanya dengan melalui bangkai abang kandungnya sendiri, Pangeran Seda Lepen...’
Hal serupa dikemukakan Slamet Muljana (Runtuhnya Kerajaan Hindu-Jawa dan Timbulnya Negara-negara Islam di Nusantara, 2005), 'Dalam Babad Tanah Jawi, disebutkan bahwa Pangeran Seda Lepen dibunuh oleh Sunan Prawata, putra sulung Trenggana...Kiranya, Pangeran Seda Lepen alias Raden Kikin merupakan penghalang bagi Raden Trenggana...untuk mewarisi takhta kesultanan Demak sepeninggalan adipatu Yunus...sebabnya karena Raden Kikin lebih tua daripada Raden Trenggana. Namun, Raden Kikin lahir dari istri ketiga, sedangkan Raden Trenggana lahir dari istri pertama. Itulah sebabnya Sunan Prawata menyirnakan Raden Kikin alias Pangeran Seda Lepen.'

demak_seda_lepen.jpg
MAKAM PANAGERAN SEDA LEPEN
(TENGAH)
Beginilah kisah. Ketika Trenggana mati terbunuh (1546), tahta Demak dilanjutkan Sunan Prawata (anak Trenggana). Di tahun yang sama, Pangeran Arya Penangsang (anak Seda Lepen) menyerang Demak. Keraton dibumihanguskan untuk membalas kematian ayahnya serta merebut tahta.
Prawata meninggal dalam pertempuran. Sedangkan Arya Penangsang tewas ditombak Jaka Tingkir menantu Prawata. Jaka Tingkir kemudian mendirikan Kesultanan Pajang, bergelar Sultan Adiwijaya.
Perebutan tahta, sengketa sengit saling mencelakakan sudah cerita dari dulu sampai sekarang.
Barangkali jadi orang kecil, orang yang sehari-hari, biasa, adalah ternyata sebuah anugerah. Mesti sekali-kali rayakan kita orang biasa.

My School

SMP 2 Demak

SMP Negeri 2 Demak adalah salah satu sakolah favorit di kabupaten Demak yang juga berpredikat sebagai Rinisan Sekolah Bertaraf Internasional. SMP Negeri 2 Demak, menjalankan proses pendidikan sesuai dengan Standar Nasional Pendidikan dan diperkaya dengan sistem pendidikan dari negera-negara maju. Proses pembelajaran didasarkan pada nilai-nilai inti dan budaya lokal yang mengedepankan proses pembelajaran yang aktif, efektif dan menyenangkan.
SMP Negeri 2 Demak telah ada dan lebih dari 50 tahun menjadi pelayan pendidikan. Sebelum tahun 1960-an, Sekolah yang menempati gedung peninggalan Belanda ini merupakan sekolah Guru B (dikenal dengan SGB) yang kemudian pada tanggal 31 Juli 1959 diubah dan diintegrasikan menjadi SMP Negeri 2 Demak melalui Surat Keputusan Kepala Urusan Pendidikan Guru Jawatan Pendidikan Umum No: 30/Um/IPPG/1960 sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia No. 187/SK/III tanggal 25 Mei 1960.
Pada awal berdirinya SMP Negeri 2 Demak dapat merekrut siswa sebanyak 76 siswa yang terbagi menjadi tiga kelas. Gedung megah peninggalan Belanda yang sekarang menjadi cagar budaya ini memiliki empat belas ruang belajar dan sarana pendukung, seperti perpustakaan dan laboratorium. Adapun jumlah guru pengajarnya berjumlah 32 orang, sedangkan karyawan tata usaha berjumlah dua belas orang.
Pada tahun 1961 pertamakalinya SMP Negeri 2 Demak telah dapat meluluskan 39 siswanya (100%). Dan pada tahun 1970 sudah memiliki 424 siswa yang terbagi menjadi 11 kelas.
Pada perkembangannya SMP Negeri 2 Demak mengalami kemajuan yang berarti, yaitu pada tahun 2004 dipercaya pemerintah untuk menjadi Sekolah Bertaraf Nasioal. Dalam kurun waktu yang relatif singkat tepatnya pada tanggal 14 Maret 2007 SMP Negeri 2 Demak ditetapkan menjadi Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional(RSBI) bersama 100 sekolah lainnya di Indonesia.

Profil


Halo kawan-kawan namaku MOCHAMAD ILMI HUDAYA akrab disapa Ilmi saya anak kedua dari empat bersaudara. Saya lahir di Demak,25 Desember Saya tinggal di demak tepatnya di Tanubayan Trembul rt 06/rw 09 Demak, kalian bisa berkujung dewaktu-waktu. Dengan blog ini semoga saya bisa membagi informasi dan semoga bermanfaat. walau nggak seberapa yang penting hepi aja lah. cukup sekian perkenalan dan terima kasih.